Garuda Wisnu Kencana Patung Raksasa Penuh Makna

Garuda Wisnu Kencana Bali

Garuda Wisnu Kencana 

Garuda Wisnu Kencana (GWK) Merupakan sebuah destinasi wisata untuk melihat taman budaya yang sangat luas dengan berbagai macam hiburan dan atraksi yang terdapat di Garuda Wisnu Kencana ini. Salah satu destinasi wisata yang sangat populer dikalangan wisatawan mancanegara dan domestik, patung terbesar di Bali yaitu Patung Garuda Wisnu Kencana yang diperkirakan lebih tinggi dari patung liberty. Dengan desain yang sangat kental dengan ciri khas ukiran Bali, patung ini menjadi salah satu patung terbaik dan dijadikan sebagai ikon pulau Bali tercinta ini.

Mengubah wajah wilayah Uluwatu, Bali, destinasi budaya yang indah ini memiliki taman yang luas, amfiteater, teater jalanan, toko-toko, restoran, dan patung tertinggi keempat di dunia. Didedikasikan untuk Dewa Hindu Wisnu dan Garuda, monumen terbesar di Indonesia ini berdiri di atas taman budaya seluas 60 hektar yang menarik pengunjung dari seluruh dunia.

Jika Anda berkunjung ke pulau Bali, alangkah baiknya jika Anda mengunjungi Garuda Wisnu Kencana ini dan melengkapi petualangan anda dalam menghabiskan waktu selama berlibur di pulau Bali.

Sejarah Garuda Wisnu Kencana

Garuda Wisnu Kencana Bali

Sejarah Awal GWK

Ini adalah Sejarah Garuda Wisnu Kencana, yang menceritakan tentang kelahiran dan kehidupan burung Garuda, yang diambil dari Wikipedia. Di Teater GWK Street, relief batu menggambarkan kisah ini. Buku pertama epos Mahabharata menceritakan tentang kelahiran dan tindakan Garuda. Epos tersebut menceritakan bahwa ketika Garuda pertama kali keluar dari telurnya, ia muncul sebagai api neraka yang mengamuk, setara dengan api angkasa yang akan menghancurkan dunia pada akhir zaman. Para dewa meminta belas kasihan kepadanya karena ketakutan. Mendengar permohonan mereka, Garuda mengurangi ukuran dan energinya. Rishi Kasyapa mengatakan bahwa ayah Garuda adalah sang pencipta. Salah satu ibunya adalah Vinata, dan saudara perempuannya adalah Kadru, ibu ular.

Suatu hari Vinata masuk dan kalah dalam taruhan bodoh, jadi saudara perempuannya memperbudaknya. Dalam Mahabharata, Vinata dan Kadru, saudara perempuan dan istri Kashyapa, bertaruh warna ekor Uchchaihshravas. Vinata, ibu dari Garuda dan Aruna, mengatakan warnanya putih, dan Kadru mengatakan warnanya hitam. Mereka yang kalah harus membantu mereka yang menang. Kadru memerintahkan anak-anaknya, Naga, atau ular, untuk menutupi ekor kuda sehingga tampak berwarna hitam. Akibatnya, Kadru menang.

Memutuskan untuk membebaskan ibunya dari ketergantungan ini, Garuda menemui ular dan bertanya apa yang harus dilakukan untuk membebaskannya. Jawaban mereka adalah bahwa Garuda harus membawa mereka amrita, atau ramuan keabadian. Itu adalah permintaan yang signifikan. Pada saat itu, para dewa menjaga Amrita dengan cemburu karena dia adalah sumber hidup mereka. Dengan api besar yang menutupi langit, mereka telah mengitari amrita. Alat mekanis yang ganas, berupa bilah-bilah tajam yang berputar, telah digunakan oleh mereka untuk menghalangi akses ke obat mujarab. Terakhir, mereka menempatkan dua ular berbisa raksasa di dekat ramuan untuk melindunginya.

Sejarah Terbentuknya GWK

Tanpa ragu, Garuda bergegas menuju rumah para dewa untuk mengambil harta benda mereka. Para dewa melawannya dalam pertempuran besar setelah mengetahui rencananya. Namun demikian, Garuda berhasil mengalahkan seluruh pasukan dan menyebarkannya ke seluruh tempat. Dia memadamkan api pelindung yang dilemparkan para dewa dengan memasukkan air dari banyak sungai ke mulutnya. Dia menyusut secara bertahap melewati bilah-bilah mesin pembunuh mereka yang berputar. Akhirnya, dia memakan dua ular besar yang berfungsi sebagai penjaga. Dia melompat kembali ke langit dan menuju ke ular-ular yang sudah menunggu dengan penuh semangat, memasukkan ramuan ke dalam mulutnya tanpa menelannya. Selama perjalanannya, ia bertemu Wisnu. Kedua orang malah berjanji untuk tidak melawan.

Bahkan tanpa meminum ramuannya, Wisnu memberi Garuda hadiah keabadian, dan Garuda berjanji untuk menjadi tunggangan Wisnu. Selama perjalanannya, Garuda bertemu dengan dewa langit Indra. Pertukaran janji tambahan dilakukan. Garuda berjanji bahwa setelah ia memberikan ramuan kepada para ular dan memenuhi permintaan mereka, ia akan memungkinkan Indra untuk mendapatkan kembali ramuan dan membawanya kembali kepada para dewa. Setelah itu, Indra memberi Garuda ular-ular itu sebagai makanan. Akhirnya, ular-ular yang telah menunggu melihat Garuda turun. Membebaskan ibunya Vinata dari ketergantungan, ia meletakkan ramuan di atas rumput dan meminta ular untuk berwudhu sebelum memakannya. Indra menukik dan membawa ramuan tersebut pergi saat mereka bergegas. Sejak hari itu, Garuda menjadi sekutu para dewa dan tunggangan terpercaya bagi Wisnu, sekaligus musuh bebuyutan para ular, yang selalu memangsa mereka di setiap kesempatan.

Patung Garuda Wisnu Kencana Identitas Pulau Bali

Garuda Wisnu Kencana Bali

Area ini awalnya merupakan bebatuan asli dan curam yang kemudian disulap menjadi indah dan menakjubkan dengan arsitektur yang menawan. Pelaksanaan prosesnya dengan cara memotong bukit menjadi pilar-pilar raksasa seperti bangunan di Mesir namun tetap dengan nuansa Bali. Dari Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali, kita dapat melihat betapa indahnya Pantai Kuta, Jimbaran, Bandara Ngurah Rai Bali dan Pelabuhan Benoa.

Kawasan Garuda Wisnu Kencana rencananya akan didirikan sebuah landmark atau Ikon Bali, berupa patung raksasa, yaitu patung Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung Garuda. Patung ini diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang hingga 20 km sehingga dapat dilihat dari Kuta dan Nusa Dua. Berdirinya patung GWK berfungsi sebagai simbol upaya global untuk menyelamatkan lingkungan. Bahan utama patung yang terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter ini dibuat oleh pematung Bali, I Nyoman Nuarta ini, jika pembuatannya selesai, dapat menyamai Patung Liberty di Amerika Serikat.

Lokasi Garuda Wisnu Kencana Bali

Garuda Wisnu Kencana Bali terletak di daerah Badung selatan sekitar 20 menit dari Kuta. Sangat mudah untuk mengaksesnya dari Bandara Ngurah Rai dan hotel-hotel di Nusa Dua. Taman budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Bali terletak di perbukitan batu kapur dan cadas, tepatnya di atas bukit Nusa Dua Pecatu-Kabupaten Badung yang berjarak sekitar 40 kilometer sebelah selatan Kota Denpasar Bali, kurang lebih sekitar 30 menit perjalanan dari Ngurah Rai bila menggunakan kendaraan bermotor.

Lokasinya sangat mudah ditemukan, berbekal google map Anda bisa dengan mudah menemukan lokasi GWK ini, selain itu di setiap persimpangan jalan terdapat petunjuk arah yang menunjukkan lokasi Garuda Wisnu Kencana ini. Jika anda bingung mencari lokasi GWK ini, anda bisa menghubungi Sobat Jalan dan kami akan menyiapkan transportasi untuk anda berkunjung ke Garuda Wisnu Kencana ini dengan harga yang sangat murah dan pelayanan yang sangat memuaskan serta ditemani oleh driver yang berpengalaman akan membuat perjalanan anda ini semakin menyenangkan.

Fakta Garuda Wisnu Kencana

Garuda Wisnu Kencana Bali

Monumen ini memberikan gambaran sekilas tentang warisan budaya Bali yang kaya melalui pertunjukan budaya yang cukup menarik, cerita rakyat yang legendaris, patung-patung yang besar, dan presentasi sinematik yang dramatis. Berikut adalah fakta menarik dari patung Garuda Wisnu Kencana:

1. Dibangun selama hampir tiga dekade

Pembangunan Garuda Wisnu Kencana dimulai pada tahun 1989. Saat itu, seniman I Nyoman Nuarta dan para pejabat, seperti Menteri Pariwisata dan Gubernur Bali, mulai membahas proyek ini secara serius. Barulah pada tahun 1990, Presiden Soeharto menyetujui pembangunannya. Sempat terhenti akibat krisis moneter pada tahun 1998, pembangunan monumen Garuda Wisnu Kencana kembali dilanjutkan 15 tahun kemudian. Secara keseluruhan, proyek ini membutuhkan waktu sekitar 28 tahun untuk menyelesaikannya.

2. Masuk jajaran patung tertinggi dunia

Dengan tinggi 121 meter dan lebar 64 meter, Garuda Wisnu Kencana merupakan salah satu patung tertinggi dan terbesar di dunia. Bahkan, karena ketinggiannya, patung ini dapat dilihat dari berbagai daerah yang cukup jauh dari lokasi. Jika dibandingkan dengan Patung Liberty yang hanya setinggi 93 meter, GWK masih lebih unggul. Tentu saja ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, khususnya Bali, yang memiliki monumen semegah itu.

3. Dibuat dengan 754 Modul

Fakta lain dari Garuda Wisnu Kencana adalah bahwa patung ini dibuat dari 754 modul. Jika Anda berkunjung ke Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Anda akan dibuat terpesona dengan bahan yang digunakan untuk membangun patung GWK. Patung dibuat dari bahan logam tembaga berlapis kuningan.

Bahan ini dapat menciptakan efek warna keemasan yang megah saat terkena sinar matahari. Patung GWK sendiri terbuat dari 754 modul yang disusun seperti puzzle, masing-masing berukuran 3×4 meter. Dengan tinggi total 75 meter dan ukuran 122 meter, Anda bahkan bisa melihat GWK dari jarak 20 km, atau dari tempat wisata populer seperti Kuta, Sanur, Nusa Dua atau Tanah Lot!

4. Dibangun di atas lahan bekas tambang

Dahulu, area yang sekarang ditempati oleh monumen Garuda Wisnu Kencana adalah tambang batu kapur. Hal ini terjadi karena tanah di Ungasan memang merupakan hamparan batu kapur. Saat itu, banyak sekali penambangan batu kapur di sini yang membuatnya sangat rusak. Akhirnya, I Nyoman Nuarta dengan pemikirannya yang luar biasa menggagas pembangunan Garuda Wisnu Kencana sebagai simbol penyelamatan lingkungan dan dunia.

5. Mitologi Hindu

Patung ini menggambarkan salah satu dewa yang sedang menaiki burung garuda dan sangat dihormati oleh masyarakat Hindu di Bali, yaitu Dewa Wisnu. Nama Garuda dan Wisnu sudah tidak asing lagi bagi umat Hindu. Garuda dipercaya sebagai makhluk bertubuh manusia dan berkepala burung yang dapat terbang.

Dikisahkan bahwa suatu hari Garuda mengetahui bahwa ibunya, Winata, telah diperbudak oleh saudaranya sendiri, Kadru. Garuda bertekad untuk membebaskan ibunya. Namun, ia hanya bisa membebaskan ibunya dengan mencuri amrita, air suci para dewa. Kemudian, Dewa Wisnu menghampirinya untuk menanyakan alasannya mencuri air suci tersebut. Mendengar jawaban tersebut, Dewa Wisnu tergerak hatinya dan mengizinkan air suci tersebut untuk dicuri dengan syarat Garuda kembali dan menjadi kendaraannya.

Mitologi Hindu ini juga yang melatarbelakangi semangat melawan penjajahan yang dilakukan oleh proklamator Ir. Soekarno. Masyarakat Bali juga menjunjung tinggi keistimewaan Garuda dengan adanya taman budaya Garuda Wisnu Kencana.

6. Pusat Kegiatan Seni Budaya

Sebagai taman budaya, Garuda Wisnu Kencana telah mengukuhkan dirinya sebagai salah satu pusat kegiatan seni budaya di Bali. Pengunjung dapat menikmati berbagai pertunjukan musik, balet, orkestra, dan peragaan busana. Pertunjukan seni tradisional, seperti rindik, tari barong, tari kecak dan joged bumbung adalah pertunjukan yang wajib dilihat.

Panggung terbuka, Lotus Pond sering menjadi tempat pertunjukan berskala besar dengan kapasitas 7.500 penonton. Selain itu, area ini juga memiliki galeri pameran sebagai ruang pamer lukisan atau karya seni lainnya.

Ulasan Seputar GWK

Setelah mempelajari lebih lanjut tentang kompleks GWK di Bali, jelas bahwa itu bukan hanya tempat wisata tetapi juga representasi dari kekayaan seni dan budaya Indonesia. GWK menjadi simbol kebesaran dan keindahan warisan budaya bangsa melalui patung Garuda Wisnu yang megah dan keindahan taman budaya yang mengelilinginya. Diharapkan pelestarian dan pengembangan GWK terus dilakukan agar tempat ini terus menjadi destinasi yang memukau bagi wisatawan lokal maupun asing, serta pusat pengembangan seni dan budaya Indonesia.

Penutupnya, mari kita terus mendukung upaya untuk mempertahankan dan mempromosikan Garuda Wisnu Kencana sebagai bagian penting dari budaya Indonesia. Semakin banyak orang yang mengetahui, mengapresiasi, dan mencintai GWK, semakin banyak kontribusi kita untuk menjaga dan memajukan warisan budaya bangsa. Dengan begitu, Garuda Wisnu Kencana akan terus bersinar sebagai salah satu ikon budaya Indonesia yang membanggakan, memberikan dampak positif bagi pariwisata, dan merajut kebersamaan dalam keanekaragaman budaya yang membangun bangsa.